Minggu, 13 November 2011

Kuskus (Phalangeridae)


I. PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG
Kuskus merupakan hewan marsupial dari famili Phalangeridae yang penyebarannya cukup luas, termasuk di Pulau Papua. Di New Guinea (Papua di Indonesia dan Papua New Guinea) terdapat 11 jenis kuskus yang tersebar pada beberapa tempat. Menurut Petocz (1994), di Papua terdapat lima jenis kuskus yaitu: Phalanger orientalis (kuskus timur), Phalanger gymnotis (kuskus tanah/kuskus gigi besar) Phalanger maculatus (kuskus bertotol biasa, nama ini direvisi menjadi Spilocuscus rufoniger) dan Phalanger vestitus (kuskus rambut sutera).
I.2. TUJUAN
            Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji jenis dan morfologi dari kuskus yang terdapat di wilayah kepala burung, khususnya Kabupaten Manokwari. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat sebagai informasi bagi masyarakat di sekitar wilayah kepala burung serta instansi terkait yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan pengelolaan satwa liar.


II. SISTEMATIKA DAN MORFOLOGI
II.1. SISTEMATIKA
Kuskus adalah jenis hewan berkantung yang termasuk dalam famili Phalangeridae yang menurut (Petocz, 1994) dilukiskan sebagai satwa yang agak besar dan kokoh dengan panjang tubuh seukuran ternak babi berumur dua bulan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kantung pada hewan betina berkembang dengan baik, membuka ke depan dan mempunyai empat buah putting susu. Menzies (1991), mendeskripsikan kuskus memiliki kepala bundar, mempunyai bulu seperti wool dan bersifat soliter, arboreal dan nocturnal. Sedangkan menurut Flannery (1994), kuskus Phalanger adalah jenis arboreal herbivora besar (biasanya mencapai bobot badan lebih dari dua kilogram) dan memanfaatkan jenis daun-daunan, buah, bunga dan kulit sebagai sumber pakannya.
Menzies (1991), menyebutkan bahwa kuskus digolongkan pada kelas Phalangeridae bersama keempat suku lainnya (Acrobatidae, Buramidae, Petauridae dan Macropodidae). Kuskus memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar dari jenis lainnya pada ordo Diprotodonta, selain itu pola pewarnaan bulu maka kelas Phalangeridae dibedakan dalam dua marga (genus) yaitu: marga Spilocuscus dan marga Phalanger masing-masing terdiri dari tiga sampai delapan jenis. Pengelompokkan berdasarkan warna bulu dan habitatnya ke sebelas jenis tersebut digolongkan dalam enam kelompok, yaitu:
1. Kuskus Bertotol                              : - Spilocuscus maculatus
                                                              - Spilocuscus papuensis
                                                              - Spilocuscus rufoniger
2. Kuskus Hutan Pegunungan                        : - Phalanger carmilitae
                                                              - Phalanger matanim
                                                              - Phalanger sericeus
3. Kuskus Hutan Perbukitan               : - Phalanger permixitio
                                                              - Phalanger vestitus
4. Kuskus Tanah                                 :  Phalanger gymnotis
5. Kuskus Cokelat Biasa                     :  Phalanger orientalis
6. Kuskus Pulua Woodlark                 :  Phalanger lullulae.

11.2. MORFOLOGI
Kuskus merupakan binatang pengerat dengan ekor yang panjang dan kuat,bisa untuk membantu mereka memanjat pohon. Telinganya kecil dengan mata bulat besar. Bulunya tebal mirip wol dengan warna abu-abu pucat. Kadang ada pula yang berwarna krem atau putih. Tubuh kuskus pantai ini cukup mungil dengan panjang hanya 63,5 sentimeter dan berat hanya 1,35 hingga 4,05 kilogram saja.
 
 
III. PERSEBARAN DAN HABITAT
Di Indonesia kuskus bisa dijumpai di Papua dan Sulawesi. Sedangkan di luar Indonesia ada di Australia dan Papua Nugini.
Menurut (Petocz, 1994) Phalanger orientalis mempunyai wilayah sebaran luas di seluruh hutan hujan dataran rendah Papua mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 1500 m dpl. Sedangkan Spilocuscus maculatus merupakan jenis yang introduksi dan saat ini telah menyebar hampir diseluruh  Papua (Flennery, 1994).
            Dahruddin dkk (2005), menggambarkan habitat kuskus sebagai areal hutan primer yang belum banyak terganggu dengan jenis pohon yang beragam dan rimbun. Satwa ini biasanya melakukan aktifitasnya pada malam hari dan beristirahat di siang hari pada pepohonan yang rimbun, pada lubang-lubang di dalam tanah. Kadang-kadang kuskus beristirahat (tidur) dengan membungkuk dan memeluk batang pohon pada kondisi tajuk yang rimbun/terbuka (Flannery, 1994).
           
IV. PAKAN DAN CARA MAKAN
Menzies (1991) menyatakan bahwa kuskus merupakan jenis Marsupial herbivora yang dapat dipelihara dalam penangkaran bila dibandingkan dengan Marsupial lainnya di Papua New Guinea. Satwa ini banyak mengkonsumsi berbagai jenis makanan seperti jenis sayuran, buah-buahan, betatas, jagung, dan berbagai jenis makanan yang banyak mengandung serat.
            Secara rinci ternyata bahwa jenis pakan kuskus di hutan belum banyak diketahui (Menzies, 1991). Flannery (1990), melaporkan di Papua New Guinea jenis-jenis pakan yang ditemui adalah sebagai berikut:
1)      Jenis pakan yang dikonsumsi oleh Spilocuscus rufoniger umumnya belum diketahui, namun berdasarkan bekas-bekas makanan yang ditinggalkan, diketahui bahwa jenis tersebut mungkin mengkonsumsi buah Lithocarpus spp.
2)      Phalanger gymnotis, biasanya mengkonsumsi jenis buah Ficus sp, Pipturus sp., Pandanus sp. dan juga jenis herba Oernathe dan Rungta. Di kawasan Karimuri (Papua New Guinea), jenis ini juga diketahui mengkonsumsi buah herba Prykilospermum amboinense dan Ficus adoardi. Lebih jauh diduga bahwa jenis ini juga bersifat karnivora, karena berdasarkan observasi pada penangkaran Kuskus di papua New Guinea, satwa ini ditemukan menangkap dan memakan tikus (Rattus exulans), serta daging Physinagtus lesueuri yang telah membusuk, ini merupakan hal yang jarang terjadi pada jenis-jenis kuskus lainnya (Menzies & Pernetta, 1986 disitasi Flannery, 1990).
3)      Spilocuscus maculatus dilaporkan memakan buah-buahan Ficus sp., Alstonia sp., Lithocarpus sp., Aglaia sp., Mishocarpus sp. dan Pometia sp. (Hyde et all 1984 dalam Flannery, (1990).
4)      Phalanger vestitus di Televol (Papua New Guinea) memakan buah-buahan dari jenis tumbuhan Lithocarpus dan Castanopsis spp. (George, 1987 disitasi Flannery, 1990).


V. MUSIM PERKEMBANGBIAKAN
Kuskus dapat berkembang biak sepanjang tahun. Mereka tidak memiliki musim kawin tertentu. Para kuskus tidak memiliki pasangan untuk hidup, tetapi dapat memiliki banyak mitra untuk kawin. Setelah perkawinan, masa kehamilan hanya sekitar 2 minggu atau lebih. induk betina dapat melahirkan 2 sampai 3 anak, dan bayi yang baru lahir memanjat ke dalam kantong di perut induknya. Bayi-bayi tinggal di dalam kantong sampai mereka sedikit lebih besar dan kurang rentan dalam ukuran. Sebagian besar waktu, hanya satu dari bayi bertahan hidup dan akan muncul keluar dari kantong dalam waktu 6 atau 7 bulan.
 

VI. PERSARANGAN
Tumbuhan yang dimanfaatkan kuskus sebagai tempat bersarang umumnya pohon besar dan tinggi yaitu diantara 10 meter dengan diameter 20 centimeter. Patiselanno (2007), menggambarkan tempat membuat sarang kuskus di Pulau Arui yaitu di pohon matoa (Pometia, sp.) atau pohon kelapa (Cocos nucifera). Hal yang sama juga ditemukan di kawasan Cagar Alam Biak Utara (CABU). Dimana pohon sebagai sarang kuskus umumnya ditumbuhi tumbuhan merambat atau liana dan gabungan antara pohon inang dengan jenis beringin (Darunddi dkk, 2005). Hasil identifikasi terhadap tumbuhan tempat bersarang kuskus di Cagar Alam Biak Utara (CABU) mendiami kurang lebih sebelas jenis tumbuhan yang tergolong dalam 9 suku antara lain Anacardiaceae, Arecaceae, Lecythidaceae, Pandanaceae, Sapindaceae, Sterculiaceae dan Ulmaceae.
 
VII. STATUS, PEMANFAATAN DAN KONSERVASI
            Persatuan internasional yang bergerak dalam bidang konservasi yaitu: International Union for Conservation of the Natural and Resources (IUCN) mengadakan Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna (CITES) dan memasukkan beberapa jenis mamalia berkantung dalam Red Data Book (RDB). Marsupial yang terdaftar dalam RDB dengan kategori “Vulnerable” atau Rentan artinya spesies yang tidak termasuk kategori kritis atau genting tetapi menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam yaitu Phalanger vestitus sedangkan yang tergolong kategori “Endangered” atau terancam artinya keberadaan jenisnya di alam terancam sehingga harus dilindungi agar terhindar  dari kepunahan, yaitu Spilocuscus rufoniger. Menurut CITES status dari Phalanger orientalis dan Spilocuscus maculatus berada dalam Appendix II, dimana kuskus ini boleh diperdagangkan tetapi hanya dari budidaya/penangkaran, akan tetapi bila jumlah populasi sedikit/jarang kuskus tersebut tidak dapat diperdagangkan (Conservation International, 1999).
            Selain kebijakan yang ditetapkan/diambil oleh lembaga international, ada juga kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia seperti:
  1. SK Menteri Pertanian Tanggal 5 April 1979 No. 247/Kpts/Um/4/1979, yaitu tentang perlindungan terhadap jenis kuskus seperti Spilocuscus maculatus, S. papuensis, S.rufoniger, Phalanger gymnotis, P.vestitus, P.orientalis dan P. permixitio.
  2. Undang-undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang ini mengatur tentang pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,yang populasinya jarang dan berada dalam keadaan genting atau kepunahan.
  3. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, mengenai pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar, juga satwa yang jumlahnya sedikit dan yang berpeluang besar untuk punah.

VIII. PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari penulisan di atas adalah:
-        Kuskus merupakan hewan marsupial dari famili Phalangeridae
-        Terdapat lima jenis kuskus di Papua, yaitu: Phalanger orientalis (kuskus timur), Phalanger gymnotis (kuskus tanah/kuskus gigi besar) Phalanger maculatus (kuskus bertotol biasa, nama ini direvisi menjadi Spilocuscus rufoniger) dan Phalanger vestitus (kuskus rambut sutera).
-        Persebaran kuskus bisa yaitu di Papua dan Sulawesi. Sedangkan di luar Indonesia ada di Australia dan Papua Nugini.
-        Habitat kuskus yaitu di areal hutan primer yang belum banyak terganggu dengan jenis pohon yang beragam dan rimbun.
-        Kuskus dapat berkembang biak sepanjang tahun. Mereka tidak memiliki musim kawin tertentu.
-        Tumbuhan yang dimanfaatkan kuskus sebagai tempat bersarang umumnya pohon besar dan tinggi yaitu diantara 10 meter dengan diameter 20 centimeter


SARAN
Saran saya supaya penulisan ini dapat menjadi acuan untuk penulisan lebih lanjut





DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.1989. Pedoman Analisis Habitat. Bogor. Direktur Jenderal Perlindungan    
       Hutan dan Pelestarian Alam. 
Anonimous, 1995. Strategi Keanekaragaman Hayati Global. Jakarta.Gramedia-Walhi.
Alikodra H,S. 1990.  Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Bogor. Pusat Antar  Universitas lmu
      Hayat.
Conservation International.  1997. The Irian Jaya Biodiversity Conservation Priority-Setting
     Workshop.  Washington DC 20037.
Flannery,T.F, 1995. Mammals Of New Guinea. Australian Museum. Revised  and Updated
      Edition.
Mace, G. M. dan R. Lande. 1991. Assessing Extinction Threats : Toward Reevalution Of
     IUCN Threatened Species Categories.  Conservation Biology (5) 2:148-157.
Menzies, J. 1991. A Handbook Of New Guinea Marsupials & Monotremes. Kristen Pres Inc
     Madang Papua New Guinea. 
Petocz R.G, 1989. Konservasi Alam dan Pembangunan di Irian Jaya. Jakarta. Grafitipers 
Petocz R.G, 1994 . Mamalia Darat Irian Jaya. Jakarta.  Grafitipers.
Soemarsono, 1995. Pelestarian dan Pengembangan Jenis-jenis Flora/Fauna Endemik Pada
Hutan Alam dan Konservasi Ekosistem Perairan di Indonesia. Makalah pada Seminar
        Mahasiswa Kehutanan Indonesia V. Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih
        Manokwari, 21-26 November.

1 komentar:

  1. follow & visit back thnk you
    http://ilmupontianak.blogspot.com/2014/02/emule-p2p-client.html

    BalasHapus