Minggu, 13 November 2011

Hubungan Taksonomi dengan ilmu lain

HUBUNGAN TAKSONOMI DENGAN ILMU-ILMU LAIN

1.  PALEOBOTANI
            Dasar pengetahuan sistematik tumbuhan sangat diperlukan dalam menentukan hubungan kekerabatan antara fosil tumbuhan dengan tumbuhan yang masih hidup di masa kini dan dalam upaya rekonstruksi sejarah evolusi dunia tumbuhan.

2. MIKROBIOLOGI
            Dari segi mikrobiologi, dunia mikroba dikelompokkan menjadi dua kelompok besar berdasarkan ada tidaknya inti, baik yang sudah terdiferwensiasi ataupun yang belum.

3. SITOLOGI
            Hubungan taksonomi dengan ilmu ini adalah pengelompokkan sel berdasarkan penyesunnya.

4. ANATOMI
            Hubungan taksonomi dengan anatomi adalah pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan struktur tubuh makhluk hidup.

5. FISIOLOGI
            Hubungan taksonomi dengan fisiologi adalah pengelompokkan organ berdasarkan fungsi kerja tubuh.

Kuskus (Phalangeridae)


I. PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG
Kuskus merupakan hewan marsupial dari famili Phalangeridae yang penyebarannya cukup luas, termasuk di Pulau Papua. Di New Guinea (Papua di Indonesia dan Papua New Guinea) terdapat 11 jenis kuskus yang tersebar pada beberapa tempat. Menurut Petocz (1994), di Papua terdapat lima jenis kuskus yaitu: Phalanger orientalis (kuskus timur), Phalanger gymnotis (kuskus tanah/kuskus gigi besar) Phalanger maculatus (kuskus bertotol biasa, nama ini direvisi menjadi Spilocuscus rufoniger) dan Phalanger vestitus (kuskus rambut sutera).
I.2. TUJUAN
            Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji jenis dan morfologi dari kuskus yang terdapat di wilayah kepala burung, khususnya Kabupaten Manokwari. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat sebagai informasi bagi masyarakat di sekitar wilayah kepala burung serta instansi terkait yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan pengelolaan satwa liar.


II. SISTEMATIKA DAN MORFOLOGI
II.1. SISTEMATIKA
Kuskus adalah jenis hewan berkantung yang termasuk dalam famili Phalangeridae yang menurut (Petocz, 1994) dilukiskan sebagai satwa yang agak besar dan kokoh dengan panjang tubuh seukuran ternak babi berumur dua bulan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kantung pada hewan betina berkembang dengan baik, membuka ke depan dan mempunyai empat buah putting susu. Menzies (1991), mendeskripsikan kuskus memiliki kepala bundar, mempunyai bulu seperti wool dan bersifat soliter, arboreal dan nocturnal. Sedangkan menurut Flannery (1994), kuskus Phalanger adalah jenis arboreal herbivora besar (biasanya mencapai bobot badan lebih dari dua kilogram) dan memanfaatkan jenis daun-daunan, buah, bunga dan kulit sebagai sumber pakannya.
Menzies (1991), menyebutkan bahwa kuskus digolongkan pada kelas Phalangeridae bersama keempat suku lainnya (Acrobatidae, Buramidae, Petauridae dan Macropodidae). Kuskus memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar dari jenis lainnya pada ordo Diprotodonta, selain itu pola pewarnaan bulu maka kelas Phalangeridae dibedakan dalam dua marga (genus) yaitu: marga Spilocuscus dan marga Phalanger masing-masing terdiri dari tiga sampai delapan jenis. Pengelompokkan berdasarkan warna bulu dan habitatnya ke sebelas jenis tersebut digolongkan dalam enam kelompok, yaitu:
1. Kuskus Bertotol                              : - Spilocuscus maculatus
                                                              - Spilocuscus papuensis
                                                              - Spilocuscus rufoniger
2. Kuskus Hutan Pegunungan                        : - Phalanger carmilitae
                                                              - Phalanger matanim
                                                              - Phalanger sericeus
3. Kuskus Hutan Perbukitan               : - Phalanger permixitio
                                                              - Phalanger vestitus
4. Kuskus Tanah                                 :  Phalanger gymnotis
5. Kuskus Cokelat Biasa                     :  Phalanger orientalis
6. Kuskus Pulua Woodlark                 :  Phalanger lullulae.

11.2. MORFOLOGI
Kuskus merupakan binatang pengerat dengan ekor yang panjang dan kuat,bisa untuk membantu mereka memanjat pohon. Telinganya kecil dengan mata bulat besar. Bulunya tebal mirip wol dengan warna abu-abu pucat. Kadang ada pula yang berwarna krem atau putih. Tubuh kuskus pantai ini cukup mungil dengan panjang hanya 63,5 sentimeter dan berat hanya 1,35 hingga 4,05 kilogram saja.
 
 
III. PERSEBARAN DAN HABITAT
Di Indonesia kuskus bisa dijumpai di Papua dan Sulawesi. Sedangkan di luar Indonesia ada di Australia dan Papua Nugini.
Menurut (Petocz, 1994) Phalanger orientalis mempunyai wilayah sebaran luas di seluruh hutan hujan dataran rendah Papua mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 1500 m dpl. Sedangkan Spilocuscus maculatus merupakan jenis yang introduksi dan saat ini telah menyebar hampir diseluruh  Papua (Flennery, 1994).
            Dahruddin dkk (2005), menggambarkan habitat kuskus sebagai areal hutan primer yang belum banyak terganggu dengan jenis pohon yang beragam dan rimbun. Satwa ini biasanya melakukan aktifitasnya pada malam hari dan beristirahat di siang hari pada pepohonan yang rimbun, pada lubang-lubang di dalam tanah. Kadang-kadang kuskus beristirahat (tidur) dengan membungkuk dan memeluk batang pohon pada kondisi tajuk yang rimbun/terbuka (Flannery, 1994).
           
IV. PAKAN DAN CARA MAKAN
Menzies (1991) menyatakan bahwa kuskus merupakan jenis Marsupial herbivora yang dapat dipelihara dalam penangkaran bila dibandingkan dengan Marsupial lainnya di Papua New Guinea. Satwa ini banyak mengkonsumsi berbagai jenis makanan seperti jenis sayuran, buah-buahan, betatas, jagung, dan berbagai jenis makanan yang banyak mengandung serat.
            Secara rinci ternyata bahwa jenis pakan kuskus di hutan belum banyak diketahui (Menzies, 1991). Flannery (1990), melaporkan di Papua New Guinea jenis-jenis pakan yang ditemui adalah sebagai berikut:
1)      Jenis pakan yang dikonsumsi oleh Spilocuscus rufoniger umumnya belum diketahui, namun berdasarkan bekas-bekas makanan yang ditinggalkan, diketahui bahwa jenis tersebut mungkin mengkonsumsi buah Lithocarpus spp.
2)      Phalanger gymnotis, biasanya mengkonsumsi jenis buah Ficus sp, Pipturus sp., Pandanus sp. dan juga jenis herba Oernathe dan Rungta. Di kawasan Karimuri (Papua New Guinea), jenis ini juga diketahui mengkonsumsi buah herba Prykilospermum amboinense dan Ficus adoardi. Lebih jauh diduga bahwa jenis ini juga bersifat karnivora, karena berdasarkan observasi pada penangkaran Kuskus di papua New Guinea, satwa ini ditemukan menangkap dan memakan tikus (Rattus exulans), serta daging Physinagtus lesueuri yang telah membusuk, ini merupakan hal yang jarang terjadi pada jenis-jenis kuskus lainnya (Menzies & Pernetta, 1986 disitasi Flannery, 1990).
3)      Spilocuscus maculatus dilaporkan memakan buah-buahan Ficus sp., Alstonia sp., Lithocarpus sp., Aglaia sp., Mishocarpus sp. dan Pometia sp. (Hyde et all 1984 dalam Flannery, (1990).
4)      Phalanger vestitus di Televol (Papua New Guinea) memakan buah-buahan dari jenis tumbuhan Lithocarpus dan Castanopsis spp. (George, 1987 disitasi Flannery, 1990).


V. MUSIM PERKEMBANGBIAKAN
Kuskus dapat berkembang biak sepanjang tahun. Mereka tidak memiliki musim kawin tertentu. Para kuskus tidak memiliki pasangan untuk hidup, tetapi dapat memiliki banyak mitra untuk kawin. Setelah perkawinan, masa kehamilan hanya sekitar 2 minggu atau lebih. induk betina dapat melahirkan 2 sampai 3 anak, dan bayi yang baru lahir memanjat ke dalam kantong di perut induknya. Bayi-bayi tinggal di dalam kantong sampai mereka sedikit lebih besar dan kurang rentan dalam ukuran. Sebagian besar waktu, hanya satu dari bayi bertahan hidup dan akan muncul keluar dari kantong dalam waktu 6 atau 7 bulan.
 

VI. PERSARANGAN
Tumbuhan yang dimanfaatkan kuskus sebagai tempat bersarang umumnya pohon besar dan tinggi yaitu diantara 10 meter dengan diameter 20 centimeter. Patiselanno (2007), menggambarkan tempat membuat sarang kuskus di Pulau Arui yaitu di pohon matoa (Pometia, sp.) atau pohon kelapa (Cocos nucifera). Hal yang sama juga ditemukan di kawasan Cagar Alam Biak Utara (CABU). Dimana pohon sebagai sarang kuskus umumnya ditumbuhi tumbuhan merambat atau liana dan gabungan antara pohon inang dengan jenis beringin (Darunddi dkk, 2005). Hasil identifikasi terhadap tumbuhan tempat bersarang kuskus di Cagar Alam Biak Utara (CABU) mendiami kurang lebih sebelas jenis tumbuhan yang tergolong dalam 9 suku antara lain Anacardiaceae, Arecaceae, Lecythidaceae, Pandanaceae, Sapindaceae, Sterculiaceae dan Ulmaceae.
 
VII. STATUS, PEMANFAATAN DAN KONSERVASI
            Persatuan internasional yang bergerak dalam bidang konservasi yaitu: International Union for Conservation of the Natural and Resources (IUCN) mengadakan Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna (CITES) dan memasukkan beberapa jenis mamalia berkantung dalam Red Data Book (RDB). Marsupial yang terdaftar dalam RDB dengan kategori “Vulnerable” atau Rentan artinya spesies yang tidak termasuk kategori kritis atau genting tetapi menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam yaitu Phalanger vestitus sedangkan yang tergolong kategori “Endangered” atau terancam artinya keberadaan jenisnya di alam terancam sehingga harus dilindungi agar terhindar  dari kepunahan, yaitu Spilocuscus rufoniger. Menurut CITES status dari Phalanger orientalis dan Spilocuscus maculatus berada dalam Appendix II, dimana kuskus ini boleh diperdagangkan tetapi hanya dari budidaya/penangkaran, akan tetapi bila jumlah populasi sedikit/jarang kuskus tersebut tidak dapat diperdagangkan (Conservation International, 1999).
            Selain kebijakan yang ditetapkan/diambil oleh lembaga international, ada juga kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia seperti:
  1. SK Menteri Pertanian Tanggal 5 April 1979 No. 247/Kpts/Um/4/1979, yaitu tentang perlindungan terhadap jenis kuskus seperti Spilocuscus maculatus, S. papuensis, S.rufoniger, Phalanger gymnotis, P.vestitus, P.orientalis dan P. permixitio.
  2. Undang-undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang ini mengatur tentang pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,yang populasinya jarang dan berada dalam keadaan genting atau kepunahan.
  3. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, mengenai pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar, juga satwa yang jumlahnya sedikit dan yang berpeluang besar untuk punah.

VIII. PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari penulisan di atas adalah:
-        Kuskus merupakan hewan marsupial dari famili Phalangeridae
-        Terdapat lima jenis kuskus di Papua, yaitu: Phalanger orientalis (kuskus timur), Phalanger gymnotis (kuskus tanah/kuskus gigi besar) Phalanger maculatus (kuskus bertotol biasa, nama ini direvisi menjadi Spilocuscus rufoniger) dan Phalanger vestitus (kuskus rambut sutera).
-        Persebaran kuskus bisa yaitu di Papua dan Sulawesi. Sedangkan di luar Indonesia ada di Australia dan Papua Nugini.
-        Habitat kuskus yaitu di areal hutan primer yang belum banyak terganggu dengan jenis pohon yang beragam dan rimbun.
-        Kuskus dapat berkembang biak sepanjang tahun. Mereka tidak memiliki musim kawin tertentu.
-        Tumbuhan yang dimanfaatkan kuskus sebagai tempat bersarang umumnya pohon besar dan tinggi yaitu diantara 10 meter dengan diameter 20 centimeter


SARAN
Saran saya supaya penulisan ini dapat menjadi acuan untuk penulisan lebih lanjut





DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.1989. Pedoman Analisis Habitat. Bogor. Direktur Jenderal Perlindungan    
       Hutan dan Pelestarian Alam. 
Anonimous, 1995. Strategi Keanekaragaman Hayati Global. Jakarta.Gramedia-Walhi.
Alikodra H,S. 1990.  Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Bogor. Pusat Antar  Universitas lmu
      Hayat.
Conservation International.  1997. The Irian Jaya Biodiversity Conservation Priority-Setting
     Workshop.  Washington DC 20037.
Flannery,T.F, 1995. Mammals Of New Guinea. Australian Museum. Revised  and Updated
      Edition.
Mace, G. M. dan R. Lande. 1991. Assessing Extinction Threats : Toward Reevalution Of
     IUCN Threatened Species Categories.  Conservation Biology (5) 2:148-157.
Menzies, J. 1991. A Handbook Of New Guinea Marsupials & Monotremes. Kristen Pres Inc
     Madang Papua New Guinea. 
Petocz R.G, 1989. Konservasi Alam dan Pembangunan di Irian Jaya. Jakarta. Grafitipers 
Petocz R.G, 1994 . Mamalia Darat Irian Jaya. Jakarta.  Grafitipers.
Soemarsono, 1995. Pelestarian dan Pengembangan Jenis-jenis Flora/Fauna Endemik Pada
Hutan Alam dan Konservasi Ekosistem Perairan di Indonesia. Makalah pada Seminar
        Mahasiswa Kehutanan Indonesia V. Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih
        Manokwari, 21-26 November.

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN SPESIMEN

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Spesimen adalah contoh binatang/tumbuhan/mikroba utuh (misal serangga, ikan), bagian dari tubuh binatang/tumbuhan (misal tengkorak mamalia, tulang burung, daun yang diserang hama, bunga) atau organ (hati, pucuk akar serabut) atau darah (untuk material DNA) yang dikumpulkan dan disimpan untuk jangka waktu tertentu.
Spesimen Hama
-            Jenis binatang      :  serangga, akarina, atau kelompok lainnya
-             Material              :  - bagian tubuh binatang utuh
                                      - bagian tumbuhan yang diserang
Macam spesimen:
a.    Spesimen bukti
Spesimen yang dikumpulkan untuk bukti suatu kegiatan penelitian atau proyek.
b.    Spesimen untuk pekerjaan taksonomi
Spesimen yang sengaja dikumpulkan untuk kegiatan penelitian taksonomi.
c.    Spesimen tipe
Spesimen dari kegiatan penelitian yang dipilih atau ditentukan untuk dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan identifikasi spesimen yang dikoleksi berikutnya.
d.    Spesimen molekuler
Spesimen yang digunakan untuk kegiatan penelitian molekuler. Untuk binatang besar, biasanya cukup bagian tubuhnya seperti rambut, kulit, darah dan hati. Sedangkan untuk serangga diperlukan tubuh secara utuh.
e.    Spesimen pendukung
Foto, video, rekaman suara juga merupakan spesimen koleksi yang sangat berguna dalam mendukung kegiatan terutama untuk membuat publikasi.
Manfaat dan Dayaguna Spesimen Koleksi yaitu:
-           Membantu dalam identifikasi atau mengenali jenisnya
-           Mendiagnosa/mendiskripsi/mempertelakan karakter pemiliknya
-           Membantu mempelajari hubungan kekerabatan
-           Mempelajari pola sebaran geografi
-           Mempelajari pola musim keberadaannya
-           Mengetahui habitat
-           Mengetahui tumbuhan/hewan inang
-           Mengetahui biologi: perilaku, daur hidup dsb.
Kebijakan Pengelolaan Koleksi mencakup beberapa kegiatan yang harus diuraikan mulai dari pengumpulan spesimen sampai spesimen siap masuk ke ruang penyimpanan koleksi yaitu:
a.    Koleksi atau pengumpulan
Metode dan alat koleksi berbeda pada setiap takson yang berbeda.
b.    Penyimpanan sementara di lapangan
Pada umumnya koleksi spesimen di lapangan dilaksanakan dalam tempo beberapa hari, oleh karena itu diperlukan penyimpanan sementara untuk spesimen yang terkumpul.
c.    Transportasi
Masing-masing kelompok takson mempunyai cara untuk pengemasan spesimen dalam transportasi.
d.    Preservasi atau pemrosesan spesimen
Masing-masing kelompok takson mempunyai cara khas dalam proses spesimen untuk menjadi koleksi acuan yang dapat disimpan jangka panjang. Spesimen dapat berupa spesimen yang ditusuk jarum, ditempel pada jarum atau kertas runcing, dalam papilot (amplop kertas), dalam slide kaca atau berada di dalam alkohol.
e.     Identifikasi
Tahap awal sering disebut dengan istilah pemilahan atau sorting. Pemilahan adalah proses pengelompokan spesimen ke tahap ordo, famili dan atau genus. Setelah proses sorting baru dilanjutkan dengan identifikasi spesimen yang sebenarnya.
f.     Penataan
Setelah proses preservasi dan identifikasi selesai dilanjutkan penataan, baik di dalam kotak maupun kabinet atau lemari penyimpanan.
g.     Penyimpanan
Musuh besar koleksi kering spesimen serangga adalah kelembaban udara di dalam ruangan. Kelembaban udara ini sebaiknya dapat dipertahankan stabil berkisar 45% - 60%; karena apabila 60% spesimen menjadi lembab dan mudah diserang jamur.

Suhu udara juga mendukung pengawetan serangga. Suhu penyimpanan paling baik adalah 20°C - 21°C.
h.     Perawatan
Selain suhu dan kelembaban, agar tetap stabil perlu pula dilakukan kebersihan ruangan dengan baik. Setiap hari harus dilakukan pengontrolan keadaan koleksi dari serangan hama (Dermestes dan Psocoptera).
i.     Pengendalian Hama Terpadu
Hal ini dilakukan dengan cara mengontrol secara rutin atau berkala semua spesimen satu persatu, untuk meminimalkan serangan hama pada spesimen koleksi.
j.     Transaksi spesimen
Pada lembaga yang memiliki koleksi spesimen sering dilakukan peminjaman atau tukar menukar atau menerima sumbangan spesimen. Semua kegiatan tersebut dilakukan dengan ketentuan atau aturan yang diikuti oleh lembaga yang bersangkutan dan peminjam atau donor.
k.    Data management
Setiap spesimen mempunyai data atau informasi yang harus disimpan agar sewaktu-waktu dapat digunakan oleh siapa saja yang membutuhkan.
Kebijakan koleksi merupakan strategi dan pedoman bagi pengguna spesimen koleksi di suatu lembaga. Oleh karena itu sangat disarankan agar setiap lembaga yang memiliki spesimen koleksi membuat KEBIJAKAN KOLEKSI.  Dalam kebijakan koleksi dapat dirinci spesimen macam apa yang dimiliki, bagaimana koleksi harus dilakukan, label seperti apa yang akan digunakan, penentuan Harus ditentukan batasan-batasan spesimen yang memenuhi syarat untuk disimpan menjadi koleksi yang bagus.

1.2. Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
-        Untuk mengetahui Jenis spesimen yang ada di Laboratorium Zoology
-        Untuk mengetahui kondisi spesimen yang ada di Laboratorium Zoology

II. METODE PRAKTIKUM
2.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah Alat tulis menulis dan kamera. Sedangkan bahan yang di amati adalah jenis spesimen. Adapun jenis spesimen yang diamati adalah spesimen Katak hijau (Litoria infrafrenata), Bufo Melanotictus, Platymantis papuensis, Rana ef grisea, Ular sanca (Domasia atra), Kadal / Bengkarong coklat (Spenomorpus reptile), Kupu-kupu (Super Papilionidae), Taenaris calops, Hypotimnas bolina, Lexias aeropa, Catopsilia Pomona, Ayam kampung (Gallusgallus banciva), Kelelawar (Macroglosus minimus), Luwing (Kaki seribu), Jangkrik, Ikan Pelangi Arfak  (Melanotaenia arfakensis), Emoia sp., Litoria eucenmis, Cugongylus rufescens dan Carlia sp.

2.2. Cara kerja
            Catat apa yang di tulus pada label tersebut, kemudian buat deskripsi dengan cara mengukur bagian tubuh spesimen dan catat hasilnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.  Nama Spesimen                 : Katak hijau (Litoria infrafrenata)
     Spesimen dalam keadaan   : kerangka/spesimen kering
     Label                                  : tidak ada
     Kondisi                              : baik
     Nama kolektor                   : 1. Ulfa Irjayanti
                                                  2. Yairus M. Swabra
                                                  3. Stenly Rosely
                                                  4. Siwom Erick N. S
                                                  5. Obeth Ullo
    Deskripsi:
Panjang tungkai 9 cm, panjang kepala 4 cm, panjang vertebra 6 cm, panjang tibia fubula 4,3 cm, panjang paha/femur 4,2 cm, panjang jari kaki 3 cm.
2. Nama spesies                       :Bufo Melanotictus
    Kolektor                              : Sudarsana
    Tanggal koleksi                   : 23 Maret 2009
    Tempat Koleksi                   : Amban
    Habitat                                : Semak-semak, pemukiman penduduk

    Deskripsi                             : Panjang tubuh 6,4 cm, panjang kepala 2,1 cm, panjang kaki
                                                  2,4 cm, panjang paha 1,3 cm, diameter 8 cm.

3.  Nama Spesies                     : Platymantis papuensis
     Tanggal koleksi                  : 4 Mei 2009
     Tempat koleksi                   : KM 18 Kecamatan Kokas, Fak-fak
     Kolektor                             : Rawati Panjaitan.
     Deskripsi                            : Panjang tubuh 4,7 cm, panjang kepala 1,5 cm, panjang paha
  1,6 cm, panjang  kaki 1,6 cm, diameter 6 cm.
4.   Nama spesies         : Rana ef grisea
      Tempat Koleksi     : Kampung Mokwam, Distrik Minyambouw
      Tanggal koleksi     : 21 September 2005
      Kolektor                : Suhartinik
      Habitat                  : Diantara sekitar kolam dekat pemukiman masyarakat


      Deskripsi               : Panjang tubuh 8 cm, Panjang tangan 3,5 cm, panjang paha depan 1,5
  cm, Panjang paha belakang 3,5 cm, panjang betis depan 1,2 cm,
  panjang betis belakang 4 cm, panjang kaki 4 cm.
5. Nama spesimen                   : Ular sanca (Domasia atra)
    Nama daerah                       : Amban Nggami (Maybrat-sorong)
    Nama Kolektor                   : Korneles Naa
    Tanggal koleksi                   : 30 Mei 2003
    Tempat koleksi                    : SP-4 Manokwari
    Tanggal ganti label              : 16 Maret 2005
    Pengganti label                    : Peserta mata kuliah Taksonomi Hewan Tahun 2005
    Tempat                                : Wadema
    Ketinggian dpl                    : ± 1000 m
    Tanggal koleksi                  : 13 Desember 2002
    Spesimen dalam keadaan    : Basah
Deskripsi
Panjang 120 cm, diameter 7 cm, panjang kepala 4 cm,
6. Kadal / Bengkarong coklat (Spenomorpus reptile)


    Deskripsi                             : Panjang tubuh 10,2 cm, panjang ekor 8 cm, panjang kepala
                                                  3,8 cm, panjang paha 2 cm
7.  Koleksi                               : Kupu-kupu (Super Papilionidae)
     Tanggal Koleksi                 : 18 Juni 2007
     Tempat koleksi                   : Lembah Hijau, Wosi Manokwari
     Kolektor                             : Mahasiswa Entomologi 2004
     Kondisi                              : Dalam keadaan baik
     Bentuk spesimen                : Spesimen kering
     Deskripsi                            :
     Panjang sayap depan 2 cm, panjang sayap belakang 1,7 cm. Tubuh berwarna cokelat.
8.  Nama spesies          : Taenaris calops
      Lokasi                   : Gunung Meja Manokwari
      Deskripsi               : Panjang tubuh 2,2 cm, Panjang sayap depan 5 cm, panjang sayap
                                      belakang 4 cm


9.  Nama spesies          : Hypotimnas bolina
      Lokasi                   : Gunung Meja Manokwari
      Deskripsi               : Panjang tubuh 3 cm, Panjang sayap depan 4,5 cm, panjang sayap
                                      belakang 3 cm.

10. Nama spesies         : Lexias aeropa
      Lokasi                   : Gunung Meja Manokwari
      Deskripsi               : Panjang tubuh 2,6 cm, Panjang sayap depan 5,5 cm, panjang sayap
                                      belakang 3,4 cm.
11. Nama spesies         : Catopsilia pomona
      Lokasi                   : Gunung Meja Manokwari
      Deskripsi               : Panjang tubuh 2,8 cm, Panjang sayap depan 2,5 cm, panjang sayap
                                      belakang 4,4 cm.
12.  Nama spesies                    : Ayam kampung (Gallusgallus banciva)
       Bentuk spesimen              : Spesimen kering
       Deskripsi
  Panjang 41 cm, panjang kepala 9 cm, panjang sayap 23 cm, panjang tulang paha 9 cm,   
  panjang tungkai 11 cm, panjang kaki 9 cm dan panjang jari 7 cm.

13. Nama spesies         : Kelelawar (Macroglosus minimus)
      Tanggal koleksi     : 6 Februari 20010
      Lokasi                   : Pulau Roswar
      Kolektor                : Aldrin Sirandan
      Deskripsi               : Panjang tubuh 4,8 cm, panjang kepala 2,7 cm, rentang sayap 9 cm,
                                      panjang kaki 3,5 cm.


14 . Nama Spesies       : Luwing
Nama Umum        : Luwing (Kaki seribu)
Nama ilmiah         : Julus sp.
Kolektor   : Peserta Taksonomi Hewan 2007
Tempat koleksi: Lembah hijau
Tahun koleksi       : 2009
Keadaan   : Baik
Jenis spesimen      : spesimen basah
Habitat                 : Tanah lembab
Deskripsi         : Panjang 4 cm, Diameter 1,8 cm

15.  Nama spesies        : Jangkrik
Tempat koleksi     : Wosi
Waktu                  : 09.25
Tanggal    : 13 Juni 2009
Keadaan   : Baik
Habitat                 : Didalam kulit pohon lapuk
Deskripsi         : Panjang tubuh 4,5 cm, panjang kaki 8 cm


16.  Nama Spesies       : Ikan Pelangi Arfak  (Melanotaenia arfakensis)
Klasifikasi            : Kelas             : Ostelehthyes
                               Ordo              : Atheriniformes
                               Family           : Atherinidae
                               Genus            : Melanotaenia
                               Spesies          : Melanotaenia arfakensis
Jenis kelamin        : Betina           
Tempat Koleksi                : Sungai Nuni (Distrik Manokwari), S. Prafi (Distrik Prafi),
                               S. Asiti, S. Appi, S. Atai (Distrik kebar).
Deskripsi                          : Warna spesies kuning pucat, panjang kepala 2,5 cm, panjang
                                                  sirip 1 cm, panjang ekor 1 cm, panjang tubuh 6,5 cm
17. Emoia sp.
    Deskripsi     : Panjang tubuh 5,4 cm, panjang kepala 1,3 cm, panjang paha 0,7 cm, panjang
                          kaki 1 cm.

18. Nama spesies                     : Litoria eucenmis
     Tanggal Koleksi                 : 10 Desember 2009
     Kolektor                             : Y. Dumutu dan B. Djaturadi
     Kondisi                              : Dalam keadaan baik
     Bentuk spesimen                : Spesimen Basah
     Deskripsi                : Panjang tubuh 4,5 cm, panjang paha depan 0,7 cm, Panjang paha
                                      belakang 2,1 cm, panjang betis depan 2,8 cm, panjang kaki 1,6 cm.

19. Nama spesies                     : Cugongylus rufescens
     Tanggal Koleksi                 : 10 Desember 2009
     Kolektor                             : Y. Dumutu dan B. Djaturadi
     Kondisi                              : Dalam keadaan baik
     Bentuk spesimen                : Spesimen Basah
     Habitat                               : Di atas serasah
     Deskripsi                            : Panjang tubuh 3 cm, panjang ekor 2,8 cm, Panjang kepala 1
  cm
20. Nama spesies                     : Carlia sp.
     Tanggal Koleksi                 : 22-23 Mei 2009
     Tempat Koleksi                  : Sekitar pemukiman Amban
     Kolektor                             : Ricky Marthen Mayor
     Kondisi                              : Dalam keadaan baik
     Bentuk spesimen                : Spesimen Basah
     Habitat                               : Di atas serasah dan rerumputan dekat kolam
    
                               
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
       Spesimen yang terdapat di laboratorium zoology, Biologi FMIPA UNIPA adalah spesimen Katak hijau (Litoria infrafrenata), Bufo Melanotictus, Platymantis papuensis, Rana ef grisea, Ular sanca (Domasia atra), Kadal / Bengkarong coklat (Spenomorpus reptile), Kupu-kupu (Super Papilionidae), Taenaris calops, Hypotimnas bolina, Lexias aeropa, Catopsilia Pomona, Ayam kampung (Gallusgallus banciva), Kelelawar (Macroglosus minimus), Luwing (Kaki seribu), Jangkrik, Ikan Pelangi Arfak  (Melanotaenia arfakensis), Emoia sp., Litoria eucenmis, Cugongylus rufescens dan Carlia sp.

DAFTAR PUSTAKA
Yayuk, Sutrisno, Hartini, Ubaidillah, Sartiami, Efendy. 2010. Panduan Training Serangga Hama: Koleksi, Preservasi, Identifikasi, Kurasi Dan Management Data.Jawa Barat.